Laman

Jumat, 17 September 2010

hobii baruu

suka deh baca2 cerita motivasi...
terus share bareng temen2...
may it lighted up our heart :)

batu kecil

seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat pada tembok yang sangat tinggi. pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada kawan kerjanya yang berada di bawah. Pekerja tersebut berteriak-teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.

Oleh karena itu, untuk menarik perhatian temannya yang berada jauh dibawahnya, ia mencoba melemparkan koin uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang logam tersebut lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang kedua pun memperoleh hasil yang sama.

Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah teman yang ada di bawah. Batu itu pun jatuh tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya yang di bawah menengadahkan kepala ke atas. Sekarang pekerja tersebut dapat memberikan pesan catatan kepada kawannya di bawah.

(unknown)

***

Allah kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepada-Nya, seringkali Allah melimpahkan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepada-Nya.

"batu kecil" yang dilemparkan tadi bisa jadi merupakan peringatan kepada kita agar kita tidak selalu "sibuk" dengan urusan-urusan dunia, terkadang kita lupa bersyukur kepada Nya. "koin-koin" yang awalnya dilemparkan tersebut merefleksikan rahmat, rejeki, kesempatan, kelegaan, kesehatan, kemudahan, tetapi itu terkadang tidak membuat kita "menengadah" kepada Nya. akhirnya Allah melemparkan sebuah batu kecil kepada kita, agar kita mau menengadah kepadaNya...

muhasabah yuuk :)

meja kayu

Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih.

Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak.

Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. "Kita harus lakukan sesuatu, " ujar sang suami. "Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini". Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Di sana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek.

Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada air mata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi. Anak mereka yang berusia 6 tahun hanya memandangi semua dalam diam.

Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu "Kamu sedang membuat apa?". Anaknya menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan." Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, air mata pun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki. Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan.Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah, atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama.

(unknown)

kitchen phobia

emang cii dulu aku cuma seorang cewe yang ngertinya cuma main game, drum, turn table, music, basket, renang, dan taunya ada makanan ajah di meja makan tapi ngga tau yang masak ciapa dan bagaimana masaknya...


pas papa sakit, aku cuma dimintain tolong bikin sup iga dan aku ngga bisa apa2...


ngenes banget rasanya... aku anak satu-satunya papa, cewe lagi, tapi ngga bisa masak...


apalagi pas papa meninggal, pulang sekolah ngga ada makanan di meja makan, pulang les ngga ada makan malam, pulang latihan ngga ada cemilan, pulang renang kalo ngga beli makanan ya tetep ajah ngga ada makanan, berangkat sekolah ngga ada yang bekelin :((


tragisnya, karena ngga terbiasa beli makanan di luar, kena radang pencernaan deh gara2 makan di luar terus setelah papa meninggal...


tahun pertama setelah papa meninggal, masih ngga ada perubahan... aku masih belum mau berkutat di dapur... masih ngga tau bedanya ketumbar dengan merica... masih ngga mau ke pasar tradisional yang notabene becek dan kumuh... tapi ketragisan itu terasa banget pas lebaran ngga ada masakan papa... oh noooo :((


tahun kedua, angger weeehhh... masih ajah ngga bisa masak... cuma bisa masak air dan mie instant... tapi di tahun ini, aku udah mulai coba2 bikin puding, lemper, martabak telur, maccaroni panggang... alhamdulillah, sukses cii makanan2 ringannya tapi kan itu ngga berbumbu... intinya di tahun kedua ini, aku masih belum bisa masak :((


tahun ketiga... udah ada ci abang nii :) aku cerita ke abang, kalo aku belum bisa masak... abang bilang "ah ngga usah kwatir... kan masih bisa dipelajari sambil berjalan... ngga susah ko masak itu..."
setelah denger abang ngomong gitu, aku malah punya keinginan untuk bisa masak-masak-dan masak... in this case, sebenernya ci abang udah menerima aku dengan apa adanya aku dan ketidakmampuanku tapi entah dia sadar atau ngga, apa yang dia katakan itu menjadi titik balik seorang enny...


mulai laah buat2 masakan... awalnya buar sup bakso dan ternyata sangat-sangat keasinan sampe aku sendiri males makannya :p
terus buat nasi goreng, rasane reeekkk ga karuan :p
pas bikin lemper, kurang asin lagi :p (kalo keasinan, dikira pengen cepet2 nikah lagi :p)
baru beres pas bikin puding leccy dan maccaroni panggang, itu enak paraaaahhhh :9 (ngga narsis nii, beneran :D)


terus pas liburan, baru deh aku nyobain bikin sup iga seperti yang dulu pernah papa request... dan rasanya, hambar paraaahhhh... stadium 4,5 laah... saking kronisnya.... secaraaa, masih ragu ajah gituu masukin bumbunya (kan bukan tipe yang berani bumbu :p)
tapi pas buat yang kedua kalinyaa, enaaakkk, padahal buatnya pas puasa dan ngga nyicipin pan... kata abang juga enak, Alhamdulillah :)


tapiii, pas buat puding coklat buat abang, ternyata gagal tapi enak... apa dong namanya? gagal ko enak :p
terus abang bilang "ngga apa2 gagal, kan baru pertama kali nyoba... yang salah tuu kalo ngga berani nyoba"
twice, he lighted me up with his words :)


dan di tahun ketiga ini, aku bertekad pas lebaran harus ada lontong opor di rumah... even belum seenak masakan papa, pokonya mau bikin lontong opor... dan ternyata, setelah berjuang kurang lebih 4 jam di dapur, Alhamdulillah opor dan lontong saia jadi dengan suksesnya... even itu ayam jadi keempukan, ngga masalah... yang jadi masalah adalah : saia ngefreak abisss dengan masakan saia sendiri...


now, this is enny, dengan kemampuan baru... aku bisa buat masakan, aku bisa buat kue2, aku bisa buat puding, aku bisa buat salad... aku bisa belanja di pasar tradisonal dengan tawar-menawar... aku mau becek2an... aku mau panas2an... aku jadi ceweee... Alhamdulillah.... :D :D


satu persatu jalan menuju predikat "anak kebanggan papa" udah aku lewati :D :D


makacii abang, you guided me for every step i made... great thanks for Allah, who sent me great men in my life :)